MENGADILI
PERJUANGAN PEMBUBARAN
AHMADIYAH
ADVOKASI ANTI AHMADIYAH
DISAMPAIKAN DI PN JAKARTA PUSAT PADA TGL.20 SYAWWAL 1429 H
Klarifikasi Front Pembela Islam mengenai provokasi dan fitnah dari AKK-BB dan pemutar balikan fakta.
MENGADILI
PERJUANGAN PEMBUBARAN
AHMADIYAH
Dimuat di Harian Republika, OPINI, tanggal 28 Mei 2008, atau di website Republika : http://www.republika.co.id/koran_detail.asp?id=335555&kat_id=16&kat_id1=&kat_id2=
Membaca tulisan Shamsir Ali di Republika, Jum’at 23 Mei 2008, yang berjudul Ahmadiyah Menjawab, saya memandang perlu untuk menanggapi, karena penuh dengan penipuan dan penyesatan.
Shamsir Ali hanya mengemukakan ”sejumlah persamaan” antara Ahmadiyah dan Islam, sambil menyembunyikan ”segudang perbedaan” antara keduanya, lalu mengambil kesimpulan bahwa Ahmadiyah sama dengan Islam. Padahal, kita sama tahu bahwa adanya persamaan antara Ahmadiyah dan Islam tidak berarti bahwa Ahmadiyah itu sama dengan Islam, sebagaimana banyaknya persamaan antara monyet dan manusia tidak berarti monyet itu sama dengan manusia.
Disini, saya akan menyoroti tulisan Shamsir Ali terkait 5 (lima persoalan). Pertama, soal kenabian. Ahmadiyah memang mengakui bahwa Muhammad saw adalah Nabi dan Rasul, tapi Ahmadiyah tidak mengakuinya sebagai Penutup Para Nabi. Kalau pun Ahmadiyah mengakui Nabi Muhammad saw sebagai Khaatamun Nabiyyiin, tapi dengan makna Stempel Para Nabi atau Semulia-mulianya Para Nabi, bukan dengan arti Penutup Para Nabi. Kalau pun Ahmadiyah terkadang menerima Muhammad sebagai Penutup Para Nabi, tapi dibatasi hanya nabi yang bawa syariat yang ditutup, sedang nabi yang tidak bawa syariat tetap ada sampai akhir zaman.
Dalam kitab Tadzkirah hal 493 brs 14 tertulis bahwa Mirza Ghulam Ahmad (MGA) dijadikan sebagai Rasul, dan di hal 651 brs 3 tertulis bahwa Allah memanggil MGA dengan panggilan Yaa Nabiyyallaah (Wahai Nabi Allah).
Shamsir Ali pura-pura memuji Nabi Muhammad saw sebagai Nabi yang istimewa dan termulia, padahal dalam kitab Tadzkirah hal 192, 368, 373, 496 dan 579 disebutkan bahwa MGA adalah makhluk terbaik di alam semesta yang mendapat karunia Allah yang tidak pernah didapat oleh selainnya. Selain itu, Shamsir Ali menyatakan bahwa MGA adalah Al-Masih, padahal dalam Tadzkirah disebutkan bahwa MGA bukan hanya Al-Masih, tapi MGA adalah Al-Masih putra Maryam ( Hal 192, 219, 222, 223, 243, 280, 378, 380, 387, 401, 496, 579, 622, 637 dan 639). Disini, Shamsir Ali berusaha menyembunyikan ”keanehan aqidah” nya.
Tidak sampai disitu ”keanehan aqidah” Ahmadiyah. Dalam kitab Tadzkirah hal 412 brs 2 dan hal 436 brs 2-3 tertulis bahwa MGA disamakan dengan anak Allah, dan di hal 636 brs 13 disamakan pula dengan ’Arsy. Lebih dari itu, Tadzkirah menyebutkan bahwa kedudukan MGA sama dengan ketauhidan dan keesaan Allah (Hal 15, 196, 223, 246, 368, 276, 381, 395, 496, 579, 636). Lalu MGA menyatu dengan Allah dan menjadi Allah, lalu MGA lah yang menciptakan langit dan bumi (Hal 195-197, 696 dan 700). Sedang di hal 51 brs 4 tertulis firman Allah kepada MGA Yaa Ahmad yatimmu ismuka wa laa yatimmu ismii (Hai Ahmad, sempurna namamu, dan tidak sempurna nama-Ku). Lihat juga di hal 245, 277 dan 366.
Kedua, soal Kitab Suci. Ahmadiyah memang mengakui bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, tapi Ahmadiyah tidak mengakuinya sebagai Kitab Suci terakhir. Kalau pun Ahmadiyah mengakui Al-Qur’an sebagai Kitab Suci terakhir, tapi dibatasi hanya sebagai wahyu syariat yang terakhir, sedang wahyu non syariat tetap ada sampai akhir zaman. Menurut Ahmadiyah bahwa kitab Tadzkirah adalah kumpulan wahyu suci dari Allah SWT kepada MGA yang kedudukannya sama dengan kitab suci.
Shamsir Ali boleh mengelak tentang penisbahan penulisan Tadzkirah kepada MGA, tapi dia tidak bisa memungkiri bahwa isi kandungan Tadzkirah memang berasal dari MGA, karena isi Tadzkirah - menurut Ahmadyah - adalah kumpulan wahyu Allah SWT kepada MGA. Dan dia juga tidak bisa mengelak bahwa yang tulis, cetak, perbanyak dan sebarluaskan Tadzkirah ke seluruh dunia adalah Ahmadiyah sendiri. Dalam 12 poin komitmen Ahmadiyah - Departemen Agama RI tertanggal 14 Januari 2008 dinyatakan bahwa Tadzkirah adalah catatan pengalaman rohani MGA.
Penting diketahui, bahwa di awal kitab Tadzkirah tertulis bahwa Tadzkirah adalah Wahyun Muqoddas (Wahyu yang suci). Di hal 43 brs 8, tertulis ucapan MGA Khoothobani Robbii wa Qoola (Tuhanku bicara langsung kepadaku dan berfirman). Di Hal 278, 369, 376 dan 637 tertulis bahwa Allah menurunkan Tadzkirah di sekitar Qodiyan. Di hal 668 brs 12 tertulis bahwa MGA sama dengan Al-Qur’an dan dia akan mendapatkan Al-Furqon.
Nah, bagaimana bisa disamakan antara Islam yang beriman bahwa Muhammad adalah Penutup Para Nabi dan bahwa Al-Qur’an adalah Kitab Suci terakhir, dengan Ahmadiyah yang ”beriman” bahwa setelah Muhammad saw ada nabi baru bernama MGA, dan bahwa setelah Al-Qur’an ada kitab suci baru bernama Tadzkirah yang diturunkan kepada MGA di Qodiyan – India ? Bagaimana pula bisa disamakan antara Islam yang beraqidahkan lurus dan benar, dengan aqidah aneh Ahmadiyah yang meyakini bahwa MGA makhluq yang termulia, dan namanya lebih sempurna dari nama Allah, serta bahwa MGA sama dengan ’Arsy dan anak Allah, bahkan menyatu dengan Allah dan jadi Allah ? Ini adalah persoalan Ushuluddin yang sangat prinsip dan mendasar.
Ketiga, soal Ahmadiyah antek kolonialisme, bukan fitnah, tapi MGA sendiri yang mengaku. Dalam kitab Ruhani Khazain yang merupakan kumpulan karya MGA, Vol 3 Hal 21, MGA menyatakan kesediaan berkorban nyawa & darah bagi Inggris yang saat itu menjajah India. Dan di hal 166 pada Vol yang sama, MGA mewajibkan berterima-kasih kepada Inggris yg diakui sebagai pemerintah yg diberkahi. Di Vol 8 Hal 36, MGA mengaku sbg Pelayan Setia Inggris, lihat juga di Vol 15 Hal 155 & 156. Dan puncaknya di Vol 16 Hal 26 dan Vol 17 Hal 443, MGA menghapuskan Hukum Jihad.
Perlu dicatat, bahwa di tahun 1857, tatkala terjadi pemberontakan besar yang dilakukan kaum muslimin India terhadap penjajah Inggris, ayah MGA yang bernama Ghulam Murtaza (Murtadha) ikut dalam pasukan Inggris untuk membantai kaum muslimin. Hal ini MGA sendiri yang cerita dalam kitab Tuhfah Qaishariyah Hal.16.
Dan itulah sebabnya Ahmadiyah disayang dan dipelihara Inggris hingga hari ini. Dan itu pula yang menjadi sebab Belanda tertarik untuk menghadirkan Ahmadiyah di Indonesia pada tahun 1925. Para Pelajar Jawa – Sumatera di India yang disebut-sebut Shamsir Ali sebagai pembawa Ahmadiyah ke Indonesia hanya kamuflase. Intinya mereka adalah antek Belanda.Dalam sejarah perjuangan melawan penjajah Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang di Indonesia tidak ada seorang Ahmadiyah pun yang terlibat. Ada pun nama seorang Ahmadiyah yang disebut-sebut Shamsir Ali sebagai anggota Panitia Pemulihan Pemerintahan RI dan mendapat Bintang Jasa Kehormatan dari Pemerintah RI masih harus diteliti dan diperiksa kebenarannya. Kalau pun benar, itu tidak berarti menjadi bukti kebenaran Ahmadiyah. Banyak antek penjajah saat menjelang kemerdekaan RI balik badan secara tiba-tiba untuk mendukung pemerintah RI. Mereka menyalip di tikungan dan menjadi pahlawan kesiangan. Mereka adalah para pengkhianat yang mencari selamat dan manfaat.
Keempat, soal legalitas Ahmadiyah di Indonesia. Memang, Ahmadiyah pernah dilegalkan berdasarkan SK Menteri Kehakiman RI No. JA / 23 / 13 tgl 13 Maret 1953 yang kemudian dimuat dalam Tambahan Berita Negara RI No.26 tgl.31 Maret 1953. Tapi patut diperhatikan, bahwa SK tersebut sudah kadaluwarsa dan secara hukum tidak berlaku dengan adanya Perpres No.1 Th.1965 tentang Penodaan Agama dan KUHP Psl. 156a tentang Penistaan Agama. Karenanya, legitimasi Ahmadiyah terus dikoreksi secara bertururt-turut melalui berbagai SK yang melarang Ahmadiyah di berbagai daerah, antara lain : SK Kejari Subang – Jabar Th.1976, SK Kejati Sulsel Th.1977, SK Kejari Lombok Timur Th.1983, SE Dirjen Bimas Islam – Depag RI Th.1984, SK Kejari Sidenreng – Sulsel Th.1986, SK Kejari Kerinci – Jambi Th.1989, SK Kejari Tarakan – Kaltim Th.1989, SK Kejari Meulaboh – Aceh Barat Th.1990, SK Kejati Sumut Th.1994, SKB Muspida Kuningan – Jabar Th.2003, SKB Muspida Bogor – Jabar Th.2005, Rekomendasi Bakorpakem 18 Jan 2005 & 16 April 2008.
Kelima, soal prestasi dunia Ahmadiyah. Shamsir Ali begitu bangga dengan banyaknya cabang Ahmadiyah di dunia, pembangunan tempat ibadah, sekolah, stasiun televisi, dan sebagainya. Lalu Shamsir Ali menjadikan semua itu sebagai bukti kebenaran Ahmadiyah. Itu sama sekali tidak berarti, karena tidak menjadi bukti kebenaran Ahmadiyah. Apakah keberhasilan Yahudi dan Nashrani di dunia berarti bahwa mereka benar dan lurus ?! Sekali-kali tidak. Begitu juga keberhasilan Ahmadiyah. Itu semua adalah istidraaj.
Selain itu, tercatat dalam sejarah, sebagaimana dinukilkan oleh ulama terkenal Pakistan, DR. Ihsan Ilahi Zhahir, dari berbagai sumber Ahmadiyah sendiri melalui kitabnya Al-Qadiyaniyah Diraasaat wa Tahliil, bahwa pada tanggal 15 April 1907, MGA menulis bahwa Surat Mubaahalah (saling sumpah dan siap untuk dilaknat) kepada Asy-Syeikh Abul Wafa Tsanaa-allah Al-Amrtasri rhm. Dalam Mubaahalah disebutkan bahwa Si Pendusta akan terkena kolera, dan mati hina dilaknat Allah SWT, sedang Si Jujur akan tetap hidup saat kematian Si Pendusta. Faktanya, selang13 bulan 11 hari, tepatnya pada tanggal 26 Mei 1908, MGA mati akibat kolera, bahkan sebagian sumber sejarah menyatakan bahwa MGA mati di WC saat buang-buang air tiada henti seharian. Sedang Si Jujur Syeikh Tsanaa-allah rhm tetap hidup sampai 40 tahun setelah kematian Si Pendusta MGA Al-Kadzdzaab. Alhamdulillah.
Akhirnya, saya ingin menegaskan bahwa Islam sangat menghargai Kebebasan Beragama, tapi Islam tidak pernah mentolerir Penodaan Agama. Islam mengharamkan pemaksaan umat agama lain untuk masuk ke dalam agama Islam, bahkan mengharamkan segala bentuk penghinaan dan gangguan terhadap umat agama lain. Dalam pandangan Islam, bahwa agama lain seperti Kristen , Budha dan Hindu, memiliki agama dan konsep ajaran sendiri, sehingga mereka mesti dihargai dan dihormati, serta tidak boleh diganggu selama mereka tidak mengganggu Islam. Inilah Kebebasan Beragama. Sedang Ahmadiyah mengatasnamakan Islam tapi menyelewengkan ajaran Islam, sehingga mereka sudah menyerang, mengganggu dan merusak Islam. Itulah Penodaan Agama. Karenanya, mereka mesti dilawan dan dilenyapkan untuk menjaga kemurnian ajaran Islam.
Siapa AKKBB?
Di dunia Islam, masalah Ahmadiyah sudah sangat jelas. Di Indonesia pun, fatwa MUI sudah sangat jelas menyebutkan bahwa Ahmadiyah adalah aliran sesat dan berada di luar Islam. Bahkan, setelah melakukan penelitian yang serius terhadap kelompok ini, Bakorpakem pun sudah memutuskan bahwa Ahmadiyah memang menyimpang dari ajaran pokok Islam. Maka, sebagaimana diatur dalam UU No. 1/PNPS/1965, kelompok seperti ini bisa dibubarkan oleh pemerintah.
Tetapi, apa yang terjadi? Di Indonesia, bermunculan kelompok-kelompok yang mengacaukan kebenaran, dengan mengatasnamakan kebebasan beragama, yang dengan semena-mena menggalang opini dan kekuatan masyarakat untuk mendukung aliran-aliran sesat dan merusak Islam, seperti kelompok Ahmadiyah. Salah satu kelompok yang sangat aktif dalam membela aliran sesat – khususnya Ahmadiyah -- adalah kelompok yang menamakan dirinya ”ALIANSI KEBANGSAAN untuk KEBEBASAN BERAGAMA dan BERKEYAKINAN”, biasanya disingkat AKKBB.
Kampanye-kampanye jahat kelompok ini sangat menyesatkan. Mereka dengan semena-mena menuduh bahwa umat Islam yang tersinggung keimanannya karena dilecehkan agamanya oleh Ahmadiyah, adalah kelompok-kelompok yang membahayakan ke-Indonesiaan. Seolah-solah, hanya kelompok ini saja yang mencintai negeri ini. Pada tanggal 26 Mei 2008, kelompok ini memasang iklan besar-besaran di beberapa media massa nasional, yang judulnya: ”MARI PERTAHANKAN INDONESIA KITA!”
Pengantar iklan tersebut berbunyi sebagai berikut:
MARI PERTAHANKAN INDONESIA KITA
Indonesia menjamin tiap warga bebas beragama. Inilah hak asasi manusia yang dijamin oleh konstitusi. Ini juga inti dari asas Bhinneka Tunggal Ika, yang menjadi sendi ke-Indonesia- an kita. Tapi belakangan ini ada sekelompok orang yang hendak menghapuskan hak asasi manusia itu dan mengancam ke-bhineka-an. Mereka juga menyebarkan kebencian dan ketakutan di masyarakat. Bahkan mereka menggunakan kekerasan, seperti yang terjadi terhadap penganut Ahmadiyah yang sejak 1925 hidup di Indonesia dan berdampingan damai dengan umat lain. Pada akhirnya mereka akan memaksakan rencana mereka untuk mengubah dasar negara Indonesia, Pancasila, mengabaikan konstitusi, dan menghancurkan sendi kebersamaan kita. Kami menyerukan, agar pemerintah, para wakil rakyat, dan para pemegan otoritas hukum untuk tidak takut kepada tekanan yang membahayakan ke-Indonesia- an itu. Marilah kita jaga republik kita. Marilah kita pertahankan hak-hak asasi kita. Marilah kita kembalikan persatuan kita. (Jakarta, 10 Mei 2008)
Bagi umat Islam yang meyakini kebenaran aqidahnya dan meyakini kedustaan ajaran Nabi Palsu Mirza Ghulam Ahmad, maka iklan semacam itu jelas-jelas melecehkan aqidah Islam. Apalagi, mereka tegas-tegas membela Ahmadiyah, kelompok sesat yang jelas-jelas menodai Islam. Lebih menyakitkan lagi, AKKBB dengan sengaja melibatkan orang-orang non-Muslim untuk turut campur dalam masalah umat Islam. Padahal, selama ini, umat Islam tidak ikut campur tangan. Semua ini sangatlah jelas merupakan indikasi adanya campur tangan kaum kafir dalam mengacak-acak umat Islam. Iklan AKKBB tersebut sangatlah jahat, karena memposisikan umat Islam yang menolak Ahmadiyah sebagai orang-orang yang berbahaya bagi negara.
Dalam melihat masalah Ahmadiyah, sebaiknya semua pihak memahami hakekat ajaran Islam dengan baik. Bagi umat Islam, masalah Ahmadiyah adalah masalah hidup dan mati, karena sudah menyangkut masalah dasar-dasar keislaman. Begitulah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw dan Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq r.a. dalam menangani masalah nabi-nabi palsu. Jadi, sangat tidak layak, jika dalam melihat kasus Ahmadiyah, kelompok-kelompok yang ada hanya mendasarkan pada cara pandang HAM Barat, yang tidak mengenal istilah tauhid atau syirik, sesat atau tidak sesat.
Jika dicermati, beberapa aktivis AKKBB sebenarnya sudah sangat keterlaluan dalam melakukan penghinaan terhadap Islam, terhadap Nabi Muhammad saw dan terhadap al-Quran. Banyak data-data yang telah dihimpun oleh FPI yang membuktikan hal itu. Misalnya kelakuan seorang aktivis AKKBB yang bernama M. Guntur Romli (menjadi korban insiden Monas dengan luka bonyok yang sangat parah). Manusia bejat ini pernah menulis artikel yang dimuat oleh Koran Tempo, pada tanggal 4 Mei 2007, dimana dia menulis:
“Al-Quran adalah “suntingan” dari “kitab-kitab” sebelumnya, yang disesuaikan dengan “kepentingan penyuntingnya”. Al-Quran tidak bisa melintasi “konteks” dan “sejarah”, karena ia adalah “wahyu” budaya dan sejarah.” (Koran Tempo, 4 Mei 2007. artikel berjudul: ”Pewahyuan al-Quran: Antara Budaya dan Sejarah”)
Bagi umat Islam, tuduhan Guntur Romli itu sangat keterlaluan. Begitu juga media massa yang menyiarkannya pun sudah tidak lagi mempedulikan perasaan keimanan umat Islam. Bagi umat Islam, al-Quran adalah Kitab Suci yang merupakan Kalamullah. Sebagai orang dari Jaringan Islam Liberal dan Jurnal Perempuan, Guntur Romli juga sangat aktif dalam melecehkan al-Quran dan mendukung pengesahan perkawinan homoseksual dan lesbian. Pada tanggal 1 September 2007, Guntur juga menulis artikel berjudul ”Muhammad dan Kaum Cerdik Pandai Kristen” , dimana dia membuat kesimpulan yang sangat salah tentang Nabi Muhammad saw.
Selama ini umat Islam sudah sanngat bersabar diri dalam menghadapi semua hujatan terhadap Islam yang dilakukan oleh kelompok-kelompok seperti AKKBB ini. Atas nama kebebasan beragama, mereka menganggap semua orang bebas untuk merusak agama, tanpa mempedulikan perasaan keimanan umat Islam.
Di dalam AKKBB juga ada nama Ulil Abshar Abdalla yang sudah sangat masyhur pikiran dan perilakunya dalam merusak Islam. Ada juga nama Dr. Syafii Anwar yang aktif menentang fatwa MUI dan menyebarkan paham sesat Pluralisme Agama dengan dukungan lembaga-lembaga asing. Umat Islam pun tidak akan pernah lupa gerakan merusak Islam yang dipelopori oleh aktivis AKKBB lainnya seperti Siti Musdah Mulia yang merusak syariat Islam dengan mendukung perkawinan antar-agama dan perkawinan sesama jenis. Semua manusia-manusia jenis inilah yang selama ini telah semena-mena merusak Islam dan kemudian menjadi pembela kelompok sesat Ahmadiyah.
Kita patut bertanya, apakah umat Islam disuruh diam saja saat agamanya dirusak oleh manusia-manusia dari AKKBB tersebut? Apa kita disuruh bengong saja melihat manusia-manusia tersebut semena-mena melecehkan Islam, melecehkan al-Quran, dan melecehkan Nabi Muhammad saw? Ajaran Islam yang mana yang mengajarkan seperti itu? TIDAK ADA! Kecuali yang sudah tidak peduli lagi dengan agamanya, dan sudah tercekoki paham-paham sesat sekularisme dan liberalisme. Umat Islam adalah umat yang cintai damai, tetapi umat Islam jauh lebih mencintai kebenaran.
Sejak dikeluarkannya fatwa MUI tentang Ahmadiyah tahun 2005, orang-orang yang terlibat dalam AKKBB memang sudah tidak henti-hentinya mencerca MUI dan membela Ahmadiyah. Hal itu bisa dilihat dari kelompok yang bernama Aliansi Masyarakat Madani, yang orang-orangnya juga hampir sama dengan orang-orang AKKBB. Beberapa saat setelah fatwa MUI keluar, kelompok ini pada tanggal 29 Juli 2005 mengadakan jumpa pers yang secara terbuka membela Ahmadiyah dan mengecam MUI. Bahkan salah satu kemudian mengatakan bahwa MUI adalah tolol. Yang hadir waktu itu ialah diantaranya: Ulil Abshar Abdalla, Abdurrahman Wahid, Dawam Rahardjo, Johan Effendi, M. Syafii Anwar, Romo Edi (Konferensi Wali Gereja Indonesia-KWI), dan Pdt Weinata Sairin (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia-PGI).
Pada waktu itu, Dawam Rahardjo mengatakan, bahwa MUI adalah sumber konflik agama dan tidak menghargai hak asasi manusia. Selain itu, dalam hal pelarangan Ahmadiyah, MUI mengalami kesesatan berpikir dan bertindak. Dawam Rahardjo juga aktivis AKKBB. Pada tanggal 22 Juli 2005, kelompok Aliansi Masyarakat Madani ini pun mendesak agar MUI mencabut fatwa tentang kesesatan Ahmadiyah.
Tampak pula dalam daftar aktifis AKKBB nama Amien Rais, mantan Ketua MPR, dan ini tidak mengherankan karena dalam rekaman "Selayang Pandang Ahmadiyah" yang disebarluaskan Jemaat Ahmadiyah melalui http://www.youtube.com/, dengan jelas Amien Rais berpelukan dengan Khalifah Ahmadiyah saat berkunjung ke Indonesia dan menyambut baik langkah-langkah Ahmadiyah dalam men'syiar'kan ajarannya di Amerika dan Eropa. entah kecolongan atau kesengajaan, Amien sama sekali tidak mempertimbangkan aspek kesesatan akidah Ahmadiyah ini, dan lebih memandang kesuksesan propaganda Ahmadiyah di banyak negeri.
Dari aktivitas para aktivis AKKBB tersebut, kelihatan dengan sangat jelas, bahwa selama ini memang mereka sangat aktif dalam mendukung Ahmadiyah. Umat Islam di belahan dunia lain sudah paham masalah Ahmadiyah, akan tetapi justru masalah Ahmadiyah sengaja dibela oleh kelompok-kelompok liberal seperti AKKBB. Oleh sebab itulah, umat Islam – termasuk juga FPI – sangat paham siapa AKKBB dan apa saja kegiatan mereka.
Umat Islam di Indonesia sangat menghormati hukum yang berlaku, karena itulah, umat Islam menyerahkan urusan Ahmadiyah kepada pemerintah, dengan menggunakan perangkat-perangkat hukum yang ada. Namun, kita sangat memahami, karena begitu besarnya penghinaan Ahmadiyah kepada Islam, maka umat Islam juga tidaklah mudah untuk terus-menerus disuruh sabar. Apalagi, kelompok-kelompok seperti AKKBB ini terus-menerus mendapat dukungan media massa liberal di Indoensia yang tidak mau peduli dengan perasaan umat Islam. Mereka hanya mahu kebebasan dan kebebasan. Mereka tidak peduli apakah agama itu rusak atau tidak. Prinsip seperti itu sangat berbeda dengan prinsip FPI.
Penutup
Terhadap masalah-masalah teknik penanggulangan kemunkaran, apakah dengan menggunakan ”tangan”, ”lisan” atau ”hati”, kami sangat mengimbau agar umat Islam, khususnya orang-orang yang dianggap tokoh dan cendekiawan – agar mau belajar lagi tentang Islam, dengan membuka kembali ajaran Nabi Muhammad saw dan para ulama yang sangat dihormati oleh umat Islam.
Berikut ini kami kutipkan beberapa ajaran tentang amar ma’ruf nahi munkar, sebagaimana ditulis oleh Imam al-Ghazali dalam Kitab Ihya Ulumuddin. (Berdasarkan terjemah oleh Moh. Zuhri, dkk.):
Abnu Abbas r.aa berkata: ”Ditanyakan: Wahai Rasulullah, apakah desa dibinasakan sedangkan di tengah-tengah mereka ada orang-orang shaleh?” Beliau bersabda: ”Ya”. Ditanyakan: ”Disebabkan apa wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: ” Disebabkan mereka menganggap remeh dan diam kepada perbuatan-perbuatan yang mendurhakai Allah Ta’ala.”
Jadi, misi FPI adalah menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, sebagaimana yang diamanahkah oleh Rasulullah saw, baik dengan ”tangan”, ”lisan” maupun ”hati”. Tentu semua tidak ingin jika hanya memiliki ”selemah-lemah iman” karena hanya mampu melakukan amar ma’ruf nahi munkar dengan ”hati” saja. Karena itu sangatlah tidak sepatutnya, jika ada orang mengaku Muslim, tetapi justru membenci aktivitas amar ma’ruf nahi munkar. Lebih aneh lagi jika ada yang malah mendukung kemunkaran, atau bahkan bersekutu dengan kaum yang jelas-jelas berbuat kemunkaran besar dalam Islam, seperti kelompok Ahmadiyah. (***)
Diterbitkan oleh :
DEWAN PIMPINAN PUSAT – FRONT PEMBELA ISLAM
Jakarta, 3 Juni 2008
TAMBAHAN INFORMASI
289 Nama Pendukung ALIANSI KEBANGSAAN untuk KEBEBASAN BERAGAMA dan BERKEYAKINAN Yang Harus Kita Waspadai Bila Ahmadiyah Tidak Lenyap dari Bumi Indonesia :
A. RAHMAN TOLLENG . A. Sarjono . A. Suti Rahayu . A. SYAFII MAARIF . AA GN Ari Dwipayana . Aan Anshori . Abdul Moqsith Ghazali . Abdul Munir Mulkhan . Abdul Qodir Agi . l Abdur Rozaki . Acep Zamzam Nur . Achmad Chodjim . Achmad Munjid . Ade Armando . Ade Rostina Sitompul . Adi Wicaksono . Adnan Buyung Nasution . Agnes Karyati . Agus Hamonangan . Agustinus Ahmad Fuad Fanani . Ahmad Baso . Ahmad Fuad Fanani . Ahmad Nurcholish . Ahmad Sahal . Ahmad Suaedi . Ahmad Taufik . Ahmad Tohari . Akmal Nasery Basral . Alamsyah M. Dja’far . Albait Simbolon . Albertus Patty . Amanda Suharnoko . Amien Rais . Ana Lucia . Ana Situngkir . Anak Agung Aryawan . Anand Krishna . Andar Nubowo . Andreas Harsono . Andreas Selpa . Anick H Tohari . Antonius Nanang E.P . Ari A. Perdana . Arianto Patunru . Arief Budiman . Arif Zulkifli . Asep Mr . Asfinawati . Asman Aziz . Asmara Nababan . Atika Makarim . Atnike Nova Sigiro . Ayu Utami . Azyumardi Azra .
Bachtiar Effendy . Benny Susetyo, SJ . Bivitri Susanti . Bonnie Tryana . BR. Indra Udayana . Budi Purwanto . Christianto Wibisono . Christina Sudadi . Cosmas Heronimus . Daddy H. Gunawan . Daniel Dakhidae . Daniel Hutagalung . Djaposman S . Djohan Effendi . Doni Gahral Adian . Donny Danardono . Donny Gahral Ardian . Eep Saefulloh Fatah . Eko Abadi Prananto . Elga J Sarapung . Elizabeth Repelita . Elza Taher . Endo Suanda . Erik Prasetya . Eva Sundari .
F. Wartoyo . Fadjroel Rahman . Fajrime A. Goffar . Farid Ari Fandi . Fenta Peturun . Fikri Jufri . Franky Tampubolon . Gabriella Dian Widya . Gadis Arivia . Garin Nugroho . Geovanni C. . Ging Ginanjar . Goenawan Mohamad . Gomar Gultom . Gus TF Sakai . Gustaf Dupe . Gusti Ratu Hemas . Hamid Basyaib . Hamim Enha . Hamim Ilyas . Hamka Haq . Hasif Amini . Hendardi . Hendrik Bolitobi . Herman S. Endro . Heru Hendratmoko . HS Dillon .
I Gede Natih . Ichlasul Amal . Ifdal Kasim . Ihsan Ali-Fauzi . Ika Ardina . Ikravany Hilman . Ilma Sovri Yanti . Imam Muhtarom . Imdadun Rahmad . Indra J. Piliang . Isfahani . J. Eddy Juwono . Jacky Manuputty . Jajang C. Noer . Jajang Pamuntjak . Jajat Burhanudin . Jaman Manik . Jeffri Geovanie . Jerry Sumampow . JN. Hariyanto, SJ . Johnson Panjaitan . Jorga Ibrahim . Josef Christofel Nalenan . Joseph Santoso . Judo Purwowidagdo Julia Suryakusuma . Jumarsih . Kartini . Kartono Mohamad . Kautsar Azhari Noer . Kemala Chandra Kirana .
KH. Abdud Tawwab . KH. Abdul A’la . KH. Abdul Muhaimin . KH. Abdurrahman Wahid . KH. Husein Muhammad . KH. Imam Ghazali Said . KH. M. Imanul Haq Faqih . KH. Mustofa Bisri . KH. Nuril Arifin . KH. Nurudin Amin . KH. Rafe’I Ali . KH. Syarif Usman Yahya . Kristanto Hartadi .
L. Ani Widianingtias . Laksmi Pamuntjak . Lasmaida S.P . Leo Hermanto . Lies Marcoes-Natsir . Lily Zakiyah Munir . Lin Che Wei . Luthfi Assyaukanie . M. Chatib Basri . M. Dawam Rahardjo . M. Guntur Romli . M. Subhan Zamzami . M. Subhi Azhari . M. Syafi’I Anwar . Marco Kusumawijaya . Maria Astridina . Maria Ulfah Anshor . Mariana Amirudin . Marsilam Simanjuntak . Martin L. Sinaga . Martinus Tua Situngkir . Marzuki Rais . Masykurudin Hafidz . MF. Nurhuda Y . Mira Lesmana . Mochtar Pabottingi . Moeslim Abdurrahman . Moh. Monib . Mohammad Imam Aziz . Mohtar Mas’oed . Monica Tanuhandaru . Muhammad Kodim . Muhammad Mawhiburrahman . Mulyadi Wahyono . Musdah Mulia .
Nathanael Gratias . Neng Dara Affiah . Nia Sjarifuddin . Nirwan Dewanto . Noldy Manueke . Nong Darol Mahmada . Nono Anwar Makarim . Noorhalis Majid . Novriantoni . Nugroho Dewanto . Nukila Amal . Nur Iman Subono . Pangeran Djatikusumah . Panji Wibowo . Patra M. Zein . Pius M. Sumaktoyo . Putu Wijaya . Qasim Mathar . R. Muhammad Mihradi . R. Purba . Rachland Nashidik . Radityo Djadjoeri . Rafendi Djamin . Raja Juli Antoni . Rasdin Marbun . Ratna Sarumpaet . Rayya Makarim . Richard Oh . Rieke Dyah Pitaloka . Rizal Mallarangeng . Robby Kurniawan . Robertus Robet . Rocky Gerung . Rosensi . Roslin Marbun . Rumadi .
Saiful Mujani . Saleh Hasan Syueb . Sandra Hamid . Santi Nuri Dharmawan . Santoso . Saor Siagian . Sapardi Djoko Damono . Sapariah Saturi Harsono . Saparinah Sadli . Saras Dewi . Save Dagun . Shinta Nuriyah Wahid . Sitok Srengenge . Slamet Gundono . Sondang . Sri Malela Mahegarsari . St. Sunardi . Stanley Adi Prasetyo . Stanley R. Rambitan . Sudarto . Suryadi Radjab . Susanto Pudjomartono . Syafiq Hasyim . Syamsurizal Panggabean. Sylvana Ranti-Apituley . Sylvia Tiwon .
Tan Lioe Le . Taufik Abdullah . Taufik Adnan Amal . TGH Imran Anwar . TGH Subki Sasaki . Tjiu Hwa Jioe . Tjutje Mansuela H. . Todung Mulya Lubis . Tommy Singh . Toriq Hadad . Tri Agus S. Siswowiharjo . Trisno S. Sutanto . Uli Parulian Sihombing . Ulil Abshar-Abdalla . Usman Hamid . Utomo Dananjaya . Victor Siagian . Vincentius Tony V.V.Z .
Wahyu Andre Maryono . Wahyu Effendi . Wahyu Kurnia I . Wardah Hafiz . Wiwin Siti Aminah Rohmawati . WS Rendra . Wuri Handayani . Yanti Muchtar . Yayah Nurmaliah . Yenni Rosa Damayanti . Yenny Zannuba Wahid . Yohanes Sulaiman . Yosef Adventus Febri P. . Yosef Krismantoyo . Yudi Latif . Yuyun Rindiastuti . Zacky Khairul Umam . Zaim Rofiqi . Zainun Kamal . Zakky Mubarok . Zuhairi Misrawi . Zulkifli Lubis . Zuly Qodir